HALAMAN

Kamis, 24 Januari 2013

Yang Terbesar di Dunia


Tidak bisa dipungkiri bahwa saat ini semakin banyak orang berbicara tentang gemerlap dunia, menimbun kekayaan, enggan untuk berbagi, menghalalkan segala cara untuk mendapatkan tujuannya menjadi "kaya". Namun, tahukah Anda, semakin mereka berusaha keras, dunia tak akan pernah memuaskan mereka. Ibarat menggenggam dunia seperti menggenggam sebuah bola, padahal nyata-nyatanya dunia tidak akan pernah bisa digenggam. Karena begitu sulitnya menggenggam dunia, maka yang kerap kali terjadi adalah bukannya dunia yang dikuasai, tetapi mereka yang dikuasai oleh dunia. Manusia sudah tidak bisa lagi menguasai dirinya sendiri, melainkan menjadi budak dari keinginannya.

Teringat sebuah pertanyaan seorang teman, "Di dunia ini, apakah yang paling besar ?"
Sejenak saya terdiam berpikir.
Lalu saya jawab dengan bercanda, "Anak TK saja tahu bahwa yang paling besar di dunia ini adalah Gunung. Gunung Mount Everest mungkin." 
Dan kawan saya berujar,"Salahhhhhh!!! Yang terbesar di dunia ini adalah NAFSU."
Lalu kami tertawa.
Seperti sebuah lelucon, tapi ada benarnya dengan perbincangan kami, bahwa Nafsu memang telah menjadi yang terbesar di dunia dan tentu saja telah membutakan mata hati siapa saja yang kurang beriman. Nafsu untuk mendapatkan jabatan yang tinggi, nafsu untuk mendapatkan harta yang banyak, bahkan nafsu untuk mempunyai istri banyak. Terlalu banyak yang terkena penyakit "Nafsu" ini. Dan lucunya, orang-orang berlomba-lomba mengejarnya dengan memasang muka tembok beton tak berurat malu. Ahhh, gilaaa, mungkin dunia sudah mau kiamat.

Jujur dianggap aneh. Orang sudah tak lagi mementingkan proses. Sederhana juga tak lagi menjadi gaya hidup impian. Prinsip ekonomi sudah mulai menjadi tidak waras lagi dengan memplesetkan "Dengan sedikit pengorbanan, orang akan berusaha mencari keuntungan sebesar mungkin. Bahkan jika bisa, hanya dengan sekedip mata saja, seonggok emas dan setumpuk uang sudah terkumpul di hadapan."

Ya, PARAHHH memang !! Saat ini pemaknaan manusia mengenai kehidupan hanya dikonkretkan dalam wujud materi, yang mana semuanya itu bermuara pada kepentingan diri semata. Semua relasi, tendensi, dan aktivitas manusia hanya dinilai dari mata uang.

Meluruskan kesalahan orang, malah dimusuhi. Menasehati kekeliruan orang, malah mendapat caci maki. Kawan telah jadi lawan. Sahabat telah menjadi menjadi pengkhianat hanya karena kekuasaan dan materi belaka yang akan musnah ketika manusia mati. Sungguh dunia ini kini terbalik-balik, tak tahu yang mana kawan yang mana lawan, ibarat membeli kucing dalam karung.

Dan hanya satu yang membedakan antara manusia yang alim dan lalim/zalim. Penghayatan akan kebutuhan transendental. Semakin manusia memaknai secara mendalam akan kebutuhan tersebut, tentulah kedekatan dengan Tuhan jua lah yang akan memuaskan nafsunya, bukan lagi dengan materi, kekuasaan, maupun jabatan yang fana.

"Carilah dulu Tuhan beserta kebenarannya, maka semuanya akan ditambahkan kepadamu! Karena sesungguhnya upahmu akan besar di Surga" 
Amin.

Selamat merenung ;-)










ericarani.blogspot.com
Semarang, Kamis, 24 januari 2013, 7:56AM

Jumat, 18 Januari 2013

Sejenak Berdoa


Sebelum mata terpejam, di saat badan telah lelah beraktivitas seharian, ada baiknya sejenak tundukkan kepala, membuka hati, mengucap syukur, menyerahkan jiwa hanya kepadaNYA yang memiliki kuasa atas hidup manusia dengan berucap :

Tuhan,
Aku menyerahkan seluruh keuanganku kepadaMU
Kiranya aku menjadi hamba yang baik dari setiap keping talenta yang telah Engkau titipkan kepadaku
dan tolong aku mengingat,
bahwa segala kepunyaanku sebetulnya adalah milikMU
Aku berdoa supaya aku mudah untuk memberi kepadaMU dan sesamaku
Karena aku sangat menayadari,
bahwa jika aku mencari kerajaan-MU terlebih dahulu,
maka semua yang kubutuhkan akan ditambahkan kepadaku.
AMIN.









ericarani.blogspot.com
Semarang, 18 Januari 2013, 08:53 AM