HALAMAN

Minggu, 02 Juni 2013

Math is Fun (Belajar tentang Nilai Kehidupan dari Rumus Phytagoras)


Phytagoras ???
Untuk anak sekolah barangkali kata tersebut sudah bukan hal asing lg. Tp rasa-rasanya hampir sebagian orang merasa ngeri alias serem dan alias alias yang laen begitu disuguhi soal phytagoras dan teman-temannya.

Namun tidak demikian dengan orang yang punya pikiran positif, klo anak gaul sekarang menyebutnya dengan pothink (positif thinking). Saya contohnya, bernarsis diri sejenak, hwuehehehehehex..

Mari saya ajak kalian untuk merenungkan satu kenyataan bahwa ternyata terdapat nilai kehidupan dalam sebuah rumus phytagoras. Seperti yang kita tahu bahwa phytagoras merupakan cara menghitung sisi dari sebuah segitiga siku-siku. Right? Lalu apa hubungannya? Look at the picture, please :









Nah lhoooo, jangan pusing dulu begitu liat gambar di atas. Nilai kehidupannya sederhana aja kok, hanya mengenai pilihan tentang hidup. Klo secara matematis kan rumus phytagorasnya begini :





Saya permudah saja daripada berumit-rumit ria.
Dalam hidup, pasti kita semua punya tujuan. Sebutlah bahwa kita saat ini berada di posisi B dan akan menuju ke C. Ada 2 cara yang bisa dilakukan, yaitu :
1. Orang akan mengambil 2 step dalam hidupnya yaitu dari titik B ke titik A lalu melanjutkan lagi hingga sampai di titik C. 
2. Sebagian orang yang tidak ingin berlelah-lelah akan langsung mengambil jalan pintas dengan langsung memotong kompas dari titik B menuju ke C.
Toh pada kenyataannya, mau itu mengambil jalan pintas atau jalan biasa, tujuan manusia hanya 1, yaitu sebuah kematian sehingga rumus phytagoras akan berlaku juga bahwa



Memang tidak ada yang salah dengan jalan pintas selama kita tetap konsisten dengan nilai-nilai kejujuran. Ibarat kata, kalau ada jalan yang mudah mengapa harus dipersulit. Tp tentu saja kita tidak boleh menelan mentah-mentah pengibaratan tersebut. Tetap harus dicerna dengan pikiran dan hati yang jernih.
Ternyata belajar matematika tidak selalu memusingkan ya, banyak nilai-nilai kehidupan yang akan kita peroleh di dalamnya. Math is fun, hehehehehex..

So,,
THE CHOICE IS LIKE PHYTAGOREAN FORMULA ;)









Minggu, 2 Juni 2013, 11:25 AM
ericarani.blogspot.com

Selasa, 23 April 2013

Tendensi Uang dalam Dunia Pendidikan

Kehebatan suatu negara sebenarnya dilihat dari dua kacamata saja sudah cukup, yaitu pendidikan dan perekonomian. Tampaknya sederhana tapi justru kedua hal tersebut seperti sebuah lingkaran setan.
Sebuah negara miskin yang perekonomiannya begitu lemah hampir dapat dipastikan bahwa pendidikannya juga rendah. Namun untuk dapat melepaskan diri dari rantai keterpurukan bukanlah sebuah hal yang mudah. Ketika ingin menggerakkan pendidikan terlebih dahulu, tak bisa dipungkiri bahwa pendidikan membutuhkan dana yang tidak sedikit. Dan bagaimana hal tersebut dapat terwujud ketika perekonomian negara dalam keadaan yang terhimpit miskin. Namun ketika akan menggerakkan perekonomian terlebih dahulu, juga mesti ditunjang oleh manusia-manusia brilliant yang mumpuni di bidangnya. Nah, jelas kan bahwa ini terlihat seperti sebuah lingkaran setan. Maka tidaklah mengherankan jika sebuah negara miskin sangat sulit untuk keluar dari jerat kemiskinannya.

Lantas bagaimana dengan Indonesia ???
Mari saya ajak untuk melihat sekelumit kedua permasalahan tersebut.
Indonesia secara kasat mata dan konon ketika ditinjau dengan angka-angka statistik yang kerap kali "berkamuflase", Indonesia sebenarnya bukan termasuk negara miskin, bahkan bisa dikatakan sebagai negara berkembang. Indonesia mestinya mempunyai peluang untuk menjadi negara maju. Tapi apa kenyataannya ?? Hukum yang berlaku di negara ini adalah homo homini lupus yang artinya manusia merupakan srigala bagi manusia lain, manusia memakan manusia. 
Lihat saja dunia pendidikan negara ini, begitu parau dan parah kedengarannya. Peristiwa yang belum lama terjadi, yaitu keputusan MK untuk membubarkan RSBI/SBI. Ternyata proyek itu membuat kebakaran jenggot orang-orang yang menikmati keuntungan di dalamnya. Dan karuan saja sebuah proyek tentang SKM untuk mengganti baju RSBI sedang disiapkan. Para petinggi pendidikan tidak ingin kehilangan akal mengenai peristiwa ini.
Ujian nasional SMA yang carut marut menjadi simbol bahwa ternyata UN hanya sebuah proyek yang tak jelas juntrungannya mengenai tender pengadaannya oleh orang-orang yang disebut para petinggi itu.
Dan sebentar lagi kurikulum pun akan segera berganti. Meskipun sebenarnya masih banyak daerah-daerah di desa yang mungkin baru mau akan memulai kurikulum KTSP, eeee sudah mau diganti lagi. Sosialisasi telah dilakukan, tapi beranikah orang-orang yang ngakunya petinggi pendidikan itu memulai sosialisasinya dari sebuah sekolah yang berada di pedesaan atau bahkan di pedalaman. Barangkali mereka hanya akan memelotot tajam untuk sebuah usul saya yang seperti ini, karena memang terdapat tendensi uang dalam setiap kebijakan.
Mengenaskan memang. Belum lagi uang sertifikasi guru yang nyatanya justru semakin membuat otak para guru menjadi serakah, pemalas, dan tidak ada ketulusan di dalamnya. Saya beri contoh nyata, bagaimana mungkin seorang kepala sekolah yang barangkali pastinya sudah menerima sertifikasi sangat sering untuk membolos dan bermalas-malasan di rumah untuk sebuah alasan yang (menurut saya) sangat mengada-ada. Hanya mau menerima gaji+sertifikasi tapi sangatttttttt malasssssss untuk mengabdikan diri lagi mencerdaskan anak bangsa. Dan masih banyak lagi guru-guru yang ketulusan mengajarnya diragukan, atau mengajar asal-asalan, dan hanya mau terima gaji rutin tiap bulannya.
Saya hanya bisa mengelus dada dengan keprihatinan negeri ini. Tidak selayaknya pendidikan di Indonesia disejajarkan dengan melulu tendensi uang. Dan sungguh saya salut dengan para pengajar yang mengajar di sekolah pedesaan dan pedalaman, justru mereka-mereka inilah pengajar-pengajar sejati yang tidak punya tendesi apapun di luar ketulusan niatnya untuk mencerdaskan generasi penerus bangsa ini.
Mari sama-sama merenung & berintrospeksi diri untuk lebih memajukan dunia pendidikan negara "tercinta" ini sehingga perekonomian pun boleh untuk semakin berkembang dengan satu konsep sederhana, yaitu perekonomian kejujuran dengan pendidikan yang tanpa tendensi apa pun di dalamnya. Semoga.

Kamis, 24 Januari 2013

Yang Terbesar di Dunia


Tidak bisa dipungkiri bahwa saat ini semakin banyak orang berbicara tentang gemerlap dunia, menimbun kekayaan, enggan untuk berbagi, menghalalkan segala cara untuk mendapatkan tujuannya menjadi "kaya". Namun, tahukah Anda, semakin mereka berusaha keras, dunia tak akan pernah memuaskan mereka. Ibarat menggenggam dunia seperti menggenggam sebuah bola, padahal nyata-nyatanya dunia tidak akan pernah bisa digenggam. Karena begitu sulitnya menggenggam dunia, maka yang kerap kali terjadi adalah bukannya dunia yang dikuasai, tetapi mereka yang dikuasai oleh dunia. Manusia sudah tidak bisa lagi menguasai dirinya sendiri, melainkan menjadi budak dari keinginannya.

Teringat sebuah pertanyaan seorang teman, "Di dunia ini, apakah yang paling besar ?"
Sejenak saya terdiam berpikir.
Lalu saya jawab dengan bercanda, "Anak TK saja tahu bahwa yang paling besar di dunia ini adalah Gunung. Gunung Mount Everest mungkin." 
Dan kawan saya berujar,"Salahhhhhh!!! Yang terbesar di dunia ini adalah NAFSU."
Lalu kami tertawa.
Seperti sebuah lelucon, tapi ada benarnya dengan perbincangan kami, bahwa Nafsu memang telah menjadi yang terbesar di dunia dan tentu saja telah membutakan mata hati siapa saja yang kurang beriman. Nafsu untuk mendapatkan jabatan yang tinggi, nafsu untuk mendapatkan harta yang banyak, bahkan nafsu untuk mempunyai istri banyak. Terlalu banyak yang terkena penyakit "Nafsu" ini. Dan lucunya, orang-orang berlomba-lomba mengejarnya dengan memasang muka tembok beton tak berurat malu. Ahhh, gilaaa, mungkin dunia sudah mau kiamat.

Jujur dianggap aneh. Orang sudah tak lagi mementingkan proses. Sederhana juga tak lagi menjadi gaya hidup impian. Prinsip ekonomi sudah mulai menjadi tidak waras lagi dengan memplesetkan "Dengan sedikit pengorbanan, orang akan berusaha mencari keuntungan sebesar mungkin. Bahkan jika bisa, hanya dengan sekedip mata saja, seonggok emas dan setumpuk uang sudah terkumpul di hadapan."

Ya, PARAHHH memang !! Saat ini pemaknaan manusia mengenai kehidupan hanya dikonkretkan dalam wujud materi, yang mana semuanya itu bermuara pada kepentingan diri semata. Semua relasi, tendensi, dan aktivitas manusia hanya dinilai dari mata uang.

Meluruskan kesalahan orang, malah dimusuhi. Menasehati kekeliruan orang, malah mendapat caci maki. Kawan telah jadi lawan. Sahabat telah menjadi menjadi pengkhianat hanya karena kekuasaan dan materi belaka yang akan musnah ketika manusia mati. Sungguh dunia ini kini terbalik-balik, tak tahu yang mana kawan yang mana lawan, ibarat membeli kucing dalam karung.

Dan hanya satu yang membedakan antara manusia yang alim dan lalim/zalim. Penghayatan akan kebutuhan transendental. Semakin manusia memaknai secara mendalam akan kebutuhan tersebut, tentulah kedekatan dengan Tuhan jua lah yang akan memuaskan nafsunya, bukan lagi dengan materi, kekuasaan, maupun jabatan yang fana.

"Carilah dulu Tuhan beserta kebenarannya, maka semuanya akan ditambahkan kepadamu! Karena sesungguhnya upahmu akan besar di Surga" 
Amin.

Selamat merenung ;-)










ericarani.blogspot.com
Semarang, Kamis, 24 januari 2013, 7:56AM

Jumat, 18 Januari 2013

Sejenak Berdoa


Sebelum mata terpejam, di saat badan telah lelah beraktivitas seharian, ada baiknya sejenak tundukkan kepala, membuka hati, mengucap syukur, menyerahkan jiwa hanya kepadaNYA yang memiliki kuasa atas hidup manusia dengan berucap :

Tuhan,
Aku menyerahkan seluruh keuanganku kepadaMU
Kiranya aku menjadi hamba yang baik dari setiap keping talenta yang telah Engkau titipkan kepadaku
dan tolong aku mengingat,
bahwa segala kepunyaanku sebetulnya adalah milikMU
Aku berdoa supaya aku mudah untuk memberi kepadaMU dan sesamaku
Karena aku sangat menayadari,
bahwa jika aku mencari kerajaan-MU terlebih dahulu,
maka semua yang kubutuhkan akan ditambahkan kepadaku.
AMIN.









ericarani.blogspot.com
Semarang, 18 Januari 2013, 08:53 AM